Menggenggam tanganmu, seperti merengkuh bait-bait puisi
Kau mesti utuh jadi satu rasa yang erat menyentuh jemari
Kau mesti luruh jadi kata-kata pada kertas tempat kita berdiri
Aku satu dan kau dua, tak perlu lanjut berhitung lagi
Aku cinta dan kau tinta, tak perlu menulis yang lain lagi
Aku memaksa dan kau terpaksa, bukankah demokratis memang seperti ini?
Dan kau pun bertanya, kenapa mesti begini
Karena aku sedih bila tak begini, kau mengerti?
Jangan lupa, kau sedang jatuh cinta
Tak baik berkata tidak padaku, lelaki
Dan kau pun lelah, kenapa selalu begini
Kau berkata satu rasa itu lenyap dari balik jemari
Kau berkata aku bukan cinta dan kau tinta yang tak hitam lagi
Tak mengapa, tapi jangan lupa
Kau janji padaku menulis sepuluh ribu puisi
endingnya keren………..Kau janji padaku menulis sepuluh ribu puisi
terima kasih mas 🙂
itu endingnya paling bikin cowok nyerah, hehehe 😛
Sepuluh ribu puisi itu sedikit buat yang jago menggombal. Hehehe…
Saya menikmati tiap baitnya, bagus, keren deh…
makasii kak Falzart 🙂
yahh minimal, kalo sehari 1 puisi, bisa lebih satu tahun laaahh 😀 hehehe
btw, puisi beda dengan rayuan lho 😀